Oktober 05, 2014

Esai Rencana Strategis dalam Meraih Cita-Cita Pasca SMA: Kenali Kemampuan Diri dan Raihlah Cita-Cita!



PENDAHULUAN
Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tiada henti memberikan limpahan rahmat dan karunia sehingga penulis bisa menyusun esai ini dengan lancar. Esai yang disusun kali ini ditujukan dalam rangka mengikuti syarat kelulusan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kebangsaan (OPAK) 2014 sekaligus sebagai sarana pembelajaran bagi penulis sendiri. Penulis sadar bahwa esai ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun. Dalam kesempatan kali ini, penulis akan memaparkan sebuah esai mengenai Rencana Strategis dalam Meraih Cita-Cita Pasca SMA: Kenali Kemampuan Diri dan Raihlah Cita-Cita!
Setiap orang pasti memiliki cita-cita. Sejak kecil setiap kali orang bertanya, “Apa cita-cita kamu?” jawaban umum yang diberikan selalu ingin menjadi dokter, guru, polisi, pilot, presiden, dll. Padahal saat itu kita belum mengerti apa saja yang harus dibutuhkan dan disiapkan untuk menggapai cita-cita tersebut. Dengan semakin bertambahnya usia, cita-cita bisa berubah tergantung pada situasi dan pengaruh dari lingkungan kita. Setiap hari kita bisa bertemu dengan orang-orang dan lingkungan yang baru, sehingga kita menjadi semakin bingung untuk menentukan arah masa depan.
Waktu yang paling tepat untuk menentukan cita-cita adalah dimulai ketika kita duduk di bangku SMA, karena saat itu kita sudah mulai dewasa dalam mengambil sebuah keputusan. Tentunya setelah menentukan apa yang ingin kita raih, harus ada rencana berupa langkah-langkah yang akan kita lakukan dalam mewujudkan cita-cita tersebut. “Rencana apakah yang perlu disusun?” esai ini akan menjawab pertanyaan tersebut.

ISI
Nama saya Umi Kalsum. Saya lahir di Jeddah, Saudi Arabia, pada tanggal 4 Februari 17 tahun silam. Saya lahir dari keluarga sederhana berdarah Timur Tengah. Saya tinggal di Jakarta, kota dimana saya tumbuh besar, menuntut ilmu dan bekerja suatu saat nanti. Saya menyadari bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Menurut teman-teman di sekolah, saya adalah orang yang pandai karena selalu mendapatkan ranking di kelas. Meskipun jarang menjadi yang nomor 1, namun saya selalu masuk 5 besar.
Saya termasuk orang dengan daya ingat yang kuat. Bagi saya, akan lebih mudah jika kita mengingat point-point pentingnya dahulu agar kemudian bisa dikembangkan dengan bahasa sendiri yang lebih komunikatif. Saya memang gemar merangkai kata-kata dan itu semua keluar begitu saja dari pikiran saya sendiri.
Saya adalah orang yang mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan selalu menjadikan segala hal sebagai tantangan, bukan beban ataupun cobaan. Saya juga terbiasa hidup disiplin, jika ada suatu tugas yang wajib dikerjakan, pasti akan selesai tepat waktu. Saya selalu berusaha untuk tidak mengeluh atas apapun yang Allah SWT berikan. Saya menghargai rizki dari-Nya, sehingga saya berusaha untuk tidak selalu melihat ke atas dan tetap bersyukur dalam kondisi apapun.
Tak banyak yang tahu jika saya memiliki fisik yang lemah. Hal itu tentu saja membuat saya menjadi sulit beraktivitas dalam jumlah banyak. Saya tidak pandai menggambar ataupun melukis. Saya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa akrab dengan orang lain, karena hanya dengan cara itu saya bisa mengenali sifat seseorang dengan benar. Saya termasuk orang yang kurang bisa membuka diri pada orang lain. Saya selalu yakin bahwa Allah SWT tidak akan memberikan sesuatu di luar batas kemampuan kita, namun terkadang saya lupa bahwa manusia itu saling membutuhkan dan tidak semua hal bisa diselesaikan sendiri.
Saya sangat menyukai matematika, pelajaran yang bagi sebagian orang bisa membuat stres dan frustasi. Dalam pelajaran tersebut, kita diharuskan untuk menyelesaikan sebuah masalah dalam bentuk soal yang bagi saya merupakan sebuah tantangan. Bagi saya, matematika adalah ibu dari semua pelajaran. Jika kita telah menguasainya, akan lebih mudah untuk mempelajari bidang lain. Alhamdulillah, berkat keikhlasan saat belajar, saya pernah dipercaya untuk mewakili SMPN 208 Jakarta dalam cerdas cermat Matematika se-kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Puncaknya, pada saat saya mengikuti Olimpiade Matematika se-Jakarta Timur. Meskipun saya kalah dengan perwakilan dari sekolah lain, saya tetap bangga dengan pengalaman yang jarang dimiliki oleh orang lain tersebut.
Saya memang tidak lahir dari keluarga seni, namun saya sangat suka bernyanyi dan pernah mengikuti pentas tari. Saya juga kurang bisa menguasai bahasa asing, tetapi anehnya justru saya menyukai bahasa Mandarin. Bagi saya, bahasa Mandarin sangat unik untuk dipelajari. Saya juga suka berwisata kuliner, sehingga pemikiran awal saya tentang menjadi seorang koki itu menyenangkan. Namun pada akhirnya saya memutuskan untuk menjadikan semua itu hanya sebagai hobi semata.
Fisik yang lemah membuat saya sering dirawat di rumah sakit. Itulah mengapa saya bertanya pada diri sendiri, “Apakah suatu hari nanti saya bisa menjadi dokter?” Seiring bertambahnya usia, saya menjadi tahu bahwa tenaga medis di rumah sakit bukan hanya dokter ataupun suster dan perawat. Ada farmasi yang berhubungan dengan obat-obatan, kebidanan yang berperan penting dalam proses persalinan, serta ada kesehatan masyarakat yang lebih memfokuskan kesehatan dalam sekelompok orang. Berulang kali saya berpikir dan berkonsultasi dengan banyak orang, hingga akhirnya sebuah kalimat muncul dalam benak, “Saya bisa meraih cita-cita dengan menjadi tenaga medis yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan kepada banyak orang.”
Saya sadar bahwa yang dibutuhkan untuk meraih sebuah cita-cita bukan hanya kemampuan, melainkan juga rencana ke depan. Oleh karena itu, pasca SMA, saya mencari tahu tentang jurusan dan universitas di Jakarta. Saya memfokuskan pada perguruan tinggi negeri yang memiliki jurusan ilmu-ilmu kesehatan. Saya mendapatkan banyak informasi mulai dari biaya hingga peminatan di tiap jurusan. Saya mulai mengikuti berbagai tes masuk perguruan tinggi dengan memilih jurusan ilmu-ilmu kesehatan. Setelah saya berhasil melewati tes-tes tersebut, muncul kalimat baru, “Alhamdulillah, ini baru awal, bukan akhir.”
Hal utama yang akan saya lakukan setelah menjadi mahasiswi baru adalah beradaptasi dengan lingkungan kampus. Tidak hanya itu, saya juga akan mengurangi kesibukan dan hal-hal yang dapat mengganggu perkuliahan. Saya akan berusaha untuk menaati semua tata tertib universitas dan sebisa mungkin berlaku disiplin setiap waktu. Saya ingin mencari bantuan dana (beasiswa) yang dapat menunjang perkuliahan saya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya bertekad untuk mendapatkan IPK cumlaude dalam setiap semester. Saya ingin membanggakan kedua orang tua dengan cara menjadi mahasiswi berprestasi. Saya ingin menjadi lulusan muda yang berjiwa sosial namun tetap memegang teguh wawasan keIslaman. Hanya disini saya bisa, di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

KESIMPULAN
Apapun cita-cita yang kita miliki, langkah awal yang harus diambil adalah kenali terlebih dahulu kemampuan diri masing-masing. Selanjutnya, perlu disusun rencana strategis yang menjurus pada kesuksesan dalam meraih cita-cita tersebut. Selalu ingat dan yakin bahwa dengan segala keikhlasan dan ridha Allah SWT, cita-cita apapun dapat kita raih. Hal yang terpenting bukan menjadi seseorang, namun menghargai perjalanan hidup diri kita masing-masing serta mengabdi pada pekerjaan dan cita-cita secara profesional. Semoga esai ini dapat berguna bagi penulis dan para pembacanya.
Wassalamualaikum wr. wb.

1 komentar: