Juni 05, 2016

Penelitian Kuantitatif: Hubungan antara Kebiasaan Menonton TV dan Durasi Tidur dengan Status Gizi Lebih dan Obesitas pada Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Angkatan 2014 di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta



HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENONTON TV DAN DURASI TIDUR DENGAN STATUS GIZI LEBIH DAN OBESITAS PADA MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT ANGKATAN 2014 DI FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Picture1.jpg
Proposal
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif
Dosen Penilai: Catur Rosidati, M.KM; Mukhlidah Hanum; M.KM dan Yuli Amram, M.KM

Oleh:
Umi Kalsum
11141010000017

Kelas:
4-A


PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan proposal ini tepat waktu. Proposal penelitian ini berjudulHubungan antara Kebiasaan Menonton TV dan Durasi Tidur dengan Status Gizi Lebih dan Obesitas pada Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Angkatan 2014 di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kebiasaan menonton TV dan durasi tidur mahasiswa kaitannya dengan status gizi mahasiswa (gizi lebih dan obesitas).
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen dan pihak yang membantu melancarkan penyusunan proposal penelitian ini. Peneliti menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya kritikan yang bersifat membangun. Semoga proposal ini dapat diterima dan penelitian ini nantinya dapat bermanfaat terutama bagi peneliti sendiri dan bagi para pembacanya.
Wassalamualaikum wr. wb.

Ciputat, Mei 2016


Peneliti


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
1.1.       Latar Belakang............................................................................................................. 1
1.2.       Rumusan Masalah......................................................................................................... 2
1.3.       Tujuan Penelitian.......................................................................................................... 2
1.3.1.      Tujuan Umum................................................................................................... 2
1.3.2.      Tujuan Khusus.................................................................................................. 3
1.4.       Manfaat Penelitian........................................................................................................ 3
1.4.1.      Bagi Akademik (Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan).......................... 3
1.4.2.      Bagi Mahasiswa Kesehatan Masyarakat.......................................................... 3
1.4.3.      Bagi Peneliti Lain............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 4
2.1.       Gizi Lebih..................................................................................................................... 4
2.2.       Obesitas........................................................................................................................ 4
2.3.       Mekanisme Terjadinya Gizi Lebih dan Obesitas.......................................................... 4
2.4.       Besaran Masalah Gizi Lebih dan Obesitas................................................................... 5
2.5.       Penilaian Status Gizi Lebih dan Obesitas..................................................................... 6
2.6.       Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Lebih dan Obesitas............................. 7
2.6.1.      Menonton Televisi............................................................................................ 7
2.6.2.      Durasi Tidur...................................................................................................... 7
2.7.       Dampak dari Gizi Lebih dan Obesitas......................................................................... 8
2.8.       Kerangka Teori............................................................................................................. 9
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL............................. 10
3.1.        Kerangka Konsep......................................................................................................... 10
3.2.        Definisi Operasional..................................................................................................... 11
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN........................................................................... 13
4.1.        Desain Penelitian.......................................................................................................... 13
4.2.        Waktu dan Tempat Penelitian...................................................................................... 13
4.3.        Metode Perhitungan dan Pemilihan Sampel................................................................ 13
4.4.        Metode Pengumpulan Data.......................................................................................... 14
4.5.        Metode Pengolahan dan Analisa Data......................................................................... 14
4.5.1.       Pengolahan Data.............................................................................................. 14
4.5.2.       Analisa Data..................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 16
LAMPIRAN........................................................................................................................... 18
 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Menurut (World Health Organization, 2015) gizi lebih dan obesitas merupakan akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan yang dapat menimbulkan risiko kesehatan. Gizi lebih dan obesitas menjadi faktor risiko utama bagi sejumlah penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit kardiovaskuler dan kanker. Kedua status gizi ini diukur dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT), yaitu berat badan seseorang (kg) dibagi dengan hasil kuadrat tinggi badan orang tersebut (m2). Jika seseorang memiliki IMT ≥ 25 kg/m2 maka ia dikategorikan sebagai gizi lebih, dan jika telah mencapai ≥ 30 kg/m2 maka ia masuk ke dalam kategori obesitas.
Gizi lebih dan obesitas telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Menurut (World Health Organization, 2015), pada tahun 2014 telah terdapat sekitar 1,9 miliar penduduk dewasa di dunia yang memiliki kelebihan berat badan, dan 600 juta diantaranya tergolong obesitas. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, prevalensi penduduk dewasa di Indonesia yang memiliki berat badan lebih dan obesitas cukup tinggi, yaitu sebesar 13,5% dan 15,4%. Data Riskesdas ini juga menunjukkan adanya peningkatan prevalensi obesitas pada usia dewasa dari tahun 2010 ke 2013 baik pada penduduk laki-laki maupun perempuan. (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013)
Ada banyak faktor yang berhubungan dengan status gizi lebih dan obesitas, diantaranya kebiasaan menonton televisi (TV) dan durasi tidur. Mayoritas orang mampu menghabiskan waktunya selama berjam-jam hanya untuk menonton TV dan cenderung untuk menonton sambil mengkonsumsi makanan. (Vioque, dkk, 2000) menemukan adanya hubungan yang positif antara durasi menonton televisi dengan risiko obesitas di wilayah Mediterania Valensia, Spanyol. Menurut (Saraswati dan Dieny, 2012), wanita dewasa yang memiliki kelebihan berat badan bisa menghabiskan 6-8 jam untuk menonton televisi setiap harinya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa menonton TV memiliki hubungan yang positif dengan kejadian obesitas.
Faktor lain yang berhubungan dengan status gizi lebih dan obesitas adalah durasi tidur. Durasi tidur yang cukup berkisar antara 5-8 jam. Kekurangan tidur dapat mengganggu regulasi hormonal dalam tubuh yang berdampak pada peningkatan nafsu makan da secara otomatis akan meningkatkan asupan energi seseorang dan memicu timbulnya timbunan lemak. (Garaulet dkk, 2011) menemukan adanya hubungan antara durasi tidur dengan risiko peningkatan indeks massa tubuh pada orang dewasa di 10 negara di Eropa. (Silvani, 2014) juga menemukan adanya hubungan antara durasi tidur dengan risiko obesitas. Hasil penelitian mereka menyebutkan bahwa orang yang tidur kurang dari 7 jam cenderung untuk memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang lebih tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa durasi tidur berhubungan dengan status gizi lebih dan obesitas.
Alasan peneliti memilih mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2014 di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai populasi dalam penelitian ini karena di dalamnya terdapat keberagaman status gizi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, dari 10 mahasiswa sebanyak 5 orang menderita gizi lebih dan obesitas. Mahasiswa kesehatan masyarakat juga memenuhi karakteristik sasaran penelitian. Ada mahasiswa yang sering mengerjakan tugas dalam waktu semalam sehingga durasi tidurnya singkat, tetapi ada juga mahasiswa yang lebih memilih untuk mengerjakan tugas di awal waktu. Tak hanya itu, ada mahasiswa yang menyempatkan waktunya untuk menonton TV dan ada pula mahasiswa yang jarang menonton TV. Diharapkan dengan pemilihan populasi ini, dapat diperoleh hubungan antara kebiasaan menonton TV dan durasi tidur dengan status gizi lebih dan obesitas.

1.2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan data WHO tahun 2015 dan Riskesdas 2013, prevalensi gizi lebih dan obesitas pada laki-laki dan perempuan sama-sama menunjukkan adanya peningkatan. Data tersebut menunjukkan adanya pergeseran kejadian gizi lebih dan obesitas ke usia yang lebih muda. Dewasa ini, semakin banyak mahasiswa yang memiliki durasi tidur yang kurang. Saat memiliki waktu luang, hanya diisi dengan kegiatan sedentari seperti menonton televisi (TV) yang sama sekali tidak memberikan manfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui kebiasaan menonton TV dan durasi tidur kaitannya dengan status gizi mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2014 di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.3.      Tujuan Penelitian
1.3.1.      Umum
Mengetahui hubungan antara kebiasaan menonton TV dan durasi tidur dengan status gizi lebih dan obesitas pada mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2014 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.3.2.      Khusus
1.      Mengetahui gambaran status gizi lebih dan obesitas pada mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2014 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.      Mengetahui gambaran kebiasaan menonton TV pada mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2014 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.      Mengetahui gambaran durasi tidur pada mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2014 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.      Mengetahui hubungan antara kebiasaan menonton TV dengan status gizi lebih dan obesitas pada mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2014 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.      Mengetahui hubungan antara durasi tidur dengan status gizi lebih dan obesitas pada mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2014 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.4.      Manfaat Penelitian
1.4.1.      Bagi Akademik (Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan)
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai tambahan data dan informasi terkini mengenai status gizi lebih dan obesitas pada mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2014 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.4.2.      Bagi Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang faktor lain yang berpengaruh terhadap status gizi lebih dan obesitas dan dapat dijadikan sebagai pedoman perencanaan program yang berkaitan dengan pencegahan dan penanggulangan gizi lebih dan obesitas oleh mahasiswa tersebut.
1.4.3.      Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai tambahan pustaka bagi para peneliti lain agar dapat meneliti lebih dalam lagi dan melengkapi kelemahan dan kekurangan dalam penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.       Gizi Lebih
Gizi lebih adalah keadaan gizi seseorang yang pemenuhan kebutuhannya melampaui batas atau mengalami kelebihan dalam waktu yang cukup lama. Hal ini dapat dicerminkan dengan kelebihan berat badan yang terdiri dari timbunan lemak dan besar tulang dan otot. (Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2009)
Definisi lain menurut (Simatupang, 2009), gizi lebih adalah berat badan yang relatif berlebihan jika dibandingkan dengan tinggi badan pada usia yang sama, sebagai akibat terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan dalam jaringan lemak tubuh. Istilah gizi lebih ini sering disebut dengan kegemukan dan overweight. Sedangkan menurut (World Health Organization, 2015) gizi lebih merupakan salah satu dari status gizi yang dapat diklasifikasikan berdasarkan indeks massa tubuh (IMT). IMT diukur dengan menghitung berat badan (kg) dibagi tinggi badan dikuadratkan (m2). Jika seseorang memiliki IMT sebesar 25 kg/m2 atau lebih maka ia berstatus gizi lebih.

2.2.       Obesitas
Menurut (World Health Organization, 2015) dan (Obesity Society, 2014), obesitas adalah keadaan abnormal dimana terdapat akumulasi lemak dalam jumlah yang sangat berlebih yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Obesitas didefinisikan sebagai penimbunan jaringan adiposa yang membutuhkan strategi khusus untuk mencegah dan mengendalikannya.
(Dietz and Gortmaker, 1985) mengatakan bahwa obesitas memiliki derajat yang lebih berat dengan gizi lebih. Obesitas sendiri sebenarnya bisa dibagi ke dalam beberapa kelompok, diantaranya mild obese yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan super obese yang memiliki kelebihan berat badan sebesar 100% atau lebih dan akan menimbulkan efek yang lebih berbahaya. Obesitas dapat terjadi pada segala jenis umur dan setiap orang memiliki gambaran klinis yang bervariasi mulai dari yang ringan hingga berat. (Simatupang, 2009)

2.3.       Mekanisme Terjadinya Gizi Lebih dan Obesitas
Proses biokimiawi dalam tubuh secara alami dapat memberikan sinyal baik rasa kenyang maupun lapar. Semua makanan yang masuk ke dalam sistem pencernaan akan diubah menjadi bentuk energi dan disimpan di dalam tubuh. Kondisi dan aktivitas penyimpanan energi di jaringan adiposa ini selanjutnya dikomunikasikan ke sistem saraf pusat melalui mediator leptin (dari jaringan adiposa), insulin (pankreas), dan ghrelin (lambung). (Kumar dkk, 2007)
Normalnya, leptin akan disekresikan ke peredaran darah dan dikirim ke sistem saraf pusat untuk berikatan dengan reseptor leptin di hipotalamus pada saat lemak yang kita konsumsi mencapai jaringan adiposa. Ikatan tersebut dapat merangsang sintesis pro-opiomelanokortin (POMC). POMC ini nantinya akan menghasilkan adrenokortikotropin (ACTH) dan hormon perangsang alfa-melanosit (α-MSH) yang akan berikatan dengan reseptor melanokortin-4 (MC4-R) di nukleus paraventrikular hipotalamus hingga menyebabkan terjadinya penurunan asupan makanan. Jika seseorang memiliki status gizi lebih dan obesitas, maka kadar leptinnya cenderung akan berkurang dan proses tersebut menjadi terganggu sehingga terjadi peningkatan asupan makanan dan penimbunan lemak di jaringan adiposa. (Indra, 2006)

2.4.       Besaran Masalah Gizi Lebih dan Obesitas
Prevalensi gizi lebih dan obesitas terus meningkat setiap tahunnya. Selama 20 tahun terakhir, terdapat lebih banyak orang yang memiliki berat badan berlebih daripada penderita gizi kurang di seluruh dunia. Menurut (World Health Organization, 2015), di tahun 2014 ada sekitar 1,9 miliar penduduk dewasa yang memiliki kelebihan berat badan, dan 600 juta diantaranya tergolong obesitas. Pada tahun 2010, gizi lebih dan obesitas telah menyebabkan sekitar 3,4 juta orang meninggal. (KSP, 2015).
Masalah gizi lebih dan obesitas tidak hanya terjadi di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Dari hasil penelitian (Erem dkk, 2004) didapatkan prevalensi obesitas di Turki sebesar 23,5%. Saat ini, Indonesia juga menjadi salah satu negara yang memiliki masalah status gizi. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, prevalensi penduduk dewasa di Indonesia yang memiliki berat badan lebih dan obesitas juga cukup tinggi, yaitu sebesar 13,5% dan 15,4%. Data Riskesdas ini menunjukkan adanya peningkatan prevalensi obesitas pada usia dewasa dari tahun 2010 ke 2013 baik pada penduduk laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki terjadi peningkatan dari 13,9% (2007) dan 7,8% (2010) menjadi 19,7% di tahun 2013. Sedangkan pada perempuan peningkatannya cukup drastis, yaitu dari 13,9% (2007) dan 15,5% (2010) menjadi 32,9% di tahun 2013. (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013)
Masalah gizi lebih dan obesitas hingga saat ini terus bergeser ke arah usia produktif. Berdasarkan hasil penelitian  (Eka dkk, 2012), dari 307 populasi, didapatkan prevalensi obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado sebesar 32,2%. Hal ini juga didukung oleh penelitian (Bahar dan Hendrayati, 2014) yang menemukan 350 orang mahasiswa obesitas di Universitas Hasanuddin.

2.5.       Penilaian Status Gizi Lebih dan Obesitas
(Supariasa, 2001) mengatakan bahwa penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara tidak langsung terdiri dari survei konsumsi makanan, data statistik vital dan faktor ekologi. Sedangkan penilaian status gizi secara langsung terdiri dari pemeriksaan klinis, biokimia, fisik dan antropometri.
Menurut (Supariasa, 2001), antropometri berhubungan dengan pengukuran tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi. Pengukuran ini relatif cepat sehingga bisa dilakukan untuk populasi yang besar serta hasilnya mudah disimpulkan dan dikelompokkan (gradable). Keterbatasan dari metode ini adalah kemungkinan terjadinya kesalahan pada saat pengukuran. (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010).
Untuk masalah gizi lebih dan obesitas, antropometri menjadi salah satu metode yang tepat untuk digunakan. Peneliti mengukur tinggi badan dan berat badan kemudian peneliti menghitung indeks massa tubuh (IMT), yaitu berat badan seseorang (kg) dibagi dengan hasil kuadrat tinggi badan orang tersebut (m2). IMT ini digunakan untuk memantau status gizi yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa di atas 18 tahun. (Supariasa, 2001)
Tabel 2.5.1. Kategori Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks Massa Tubuh atau IMT (kg/m2)
Kategori
Kementerian Kesehatan
WHO
< 18,5
< 18,5
Gizi Kurang
> 18,5 – 25,0
18,5 – 24,5
Gizi Baik (Normal)
> 25,0 27,0
24,5 – 29,9 (≥ 25,0)
Gizi Lebih
> 27,0
≥ 30,0
Obesitas
Sumber: (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1994) dan (World Health Organization, 2015)
Seseorang dikatakan gizi lebih berdasarkan (World Health Organization, 2015), jika besar IMT ≥ 25,0 kg/m2 dan obesitas jika IMT ≥ 30 kg/m2. Sedangkan menurut (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1994), jika IMT > 25,0 sampai 27,0 kg/m2 akan digolongkan sebagai gizi lebih dan obesitas jika IMT > 27,0 kg/m2.

2.6.       Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Lebih dan Obesitas
2.6.1.      Menonton Televisi
Berdasarkan penelitian (Simatupang, 2009), aktivitas fisik dapat memberikan pengaruh terhadap status gizi lebih dan obesitas. Aktivitas fisik dapat dilihat berdasarkan tingkatannya (ringan, sedang, dan berat) atau dilihat dari aktivitas sedentarinya. Aktivitas sedentari adalah perilaku yang menunjukkan kurang sensitifnya seseorang dalam melakukan aktivitas fisik secara terbatas, salah satu contohnya adalah menonton televisi.
(Dietz dan Gortmaker, 1985) menyatakan bahwa energi basal selama menonton televisi lebih rendah daripada energi basal selama istirahat. Terlalu lama menonton televisi dapat membuat seseorang menjadi malas dan kurang melakukan aktivitas fisik. Selain itu, juga mengalami kesulitan dalam merespon adanya kelebihan asupan makanan yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan status gizi. Pada saat menonton televisi seseorang juga seringkali disuguhkan dengan iklan makanan cepat saji yang rendah zat gizi sehingga menimbulkan kebiasaan mengkonsumsi makanan di saat menonton televisi.
(Vioque, dkk, 2000) menemukan adanya hubungan yang positif antara durasi menonton televisi dengan risiko obesitas di wilayah Mediterania Valensia, Spanyol. Menurut (Saraswati dan Dieny, 2012), wanita dewasa yang memiliki kelebihan berat badan bisa menghabiskan 6-8 jam waktunya untuk menonton televisi setiap harinya. Hal ini juga didukung oleh penelitian (Bahar dan Hendrayati, 2014), dimana mahasiswa sering melakukan aktivitas sedentari berupa menonton TV dan dapat meningkat durasinya ketika memasuki hari libur.
2.6.2.      Durasi Tidur
Menurut (Chaput dkk, 2007) ketika seseorang kurang tidur regulasi yang terjadi di dalam tubuhnya akan terganggu. Durasi tidur yang kurang menyebabkan berkurangnya kadar leptin di dalam tubuh, sehingga ia tidak dapat menekan nafsu makan dan kerja perangsang nafsu makan atau ghrelin menjadi meningkat. Pada akhirnya, tubuh akan terus memberi sinyal lapar dan tidak mampu untuk merespon adanya kelebihan asupan makanan, hingga terjadi peningkatan status gizi. Selain itu, durasi tidur yang kurang dapat menyebabkan seseorang menjadi merasa lelah dan cenderung untuk membatasi aktivitas fisiknya. (Patel and Hu, 2008).
(Garaulet dkk, 2011) menemukan adanya hubungan antara durasi tidur dengan risiko peningkatan indeks massa tubuh dan obesitas pada orang dewasa di 10 negara di Eropa. (Silvani, 2014) juga menemukan adanya hubungan antara durasi tidur dengan risiko obesitas. Hasil penelitian mereka menyebutkan bahwa orang yang tidur kurang dari 7 jam cenderung untuk memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang lebih tinggi.

2.7.       Dampak dari Gizi Lebih dan Obesitas
(Barasi, 2009) menjelaskan bahwa status gizi lebih dan obesitas masih menjadi faktor risiko utama bagi sejumlah penyakit degeneratif, seperti penyakit kardiovaskuler, dislipidemia, hipertensi, diabetes melitus, dll. Menurut (Destiany dan Sulchan, 2012), peningkatan asam lemak akan meningkatkan aktivasi renin angiotensin aldosteron sehingga terjadi peningkatan reabsorbsi dan retensi natrium. Bertambahnya volume cairan ekstraseluler dapat menyebabkan hipertensi. Obesitas juga dapat menyebabkan resistensi insulin. Kelebihan jaringan lemak akan menyebabkan terbentuknya asam lemak tidak diesterifikasi (NEFA), sitokin, plasminogen activator inhibitor (PAL-1) dan adiponektin. Tingginya kadar NEFA ini akan membebani otot dan hati dengan lemak sehingga menyebabkan resistensi insulin. (Grundy dkk, 2004)
Dampak mekanis yang ditimbulkan dari gizi lebih dan obesitas antara lain gangguan muskuloskeletal akibat penurunan kemampuan tubuh dalam menopang dan menahan berat badan, mudah lelah, sulit bernapas, serta mengalami iritasi kulit akibat produksi keringat yang berlebihan. Gizi lebih dan obesitas juga dapat menimbulkan dampak dari sisi psikologis, yaitu depresi akibat diskriminasi dan pengangguran. Hal ini terjadi karena orang dengan kelebihan berat badan geraknya menjadi lebih terbatas sehingga mengalami penurunan produktivitas dan kepercayaan diri. (Wiseman, 2004)



2.8.       Kerangka Teori
Kerangka teori ini disusun oleh peneliti untuk menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan status gizi lebih dan obesitas, seperti asupan zat gizi, menonton televisi, durasi tidur, usia, jenis kelamin, pengetahuan gizi, tingkat pendidikan, tempat tinggal, dan genetik.


 










Bagan 2.8.1. Kerangka Teori


BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1.       Kerangka Konsep
Faktor yang tidak diteliti dalam penelitian ini adalah genetik, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, asupan zat gizi, pengetahuan gizi, dan tempat tinggal. Genetik adalah faktor yang tidak 100% menyebabkan seseorang mengalami gizi lebih maupun obesitas. Untuk dapat mengetahui faktor genetik harus dilakukan serangkaian proses analisa kromosom oleh para ahli menggunakan peralatan dan teknologi canggih. Oleh karena itu, genetik tidak dijadikan sebagai variabel dalam penelitian ini. Faktor usia tidak dimasukkan ke dalam variabel dalam penelitian ini sebab variasi dari subjek penelitian tidak ada atau sangat homogen. Mayoritas mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2014 berusia ± 20 tahun, dan perbedaan usia tidak lebih dari 5 tahun. Faktor jenis kelamin tidak diteliti dalam penelitian ini sebab variasi dari subjek penelitian tidak ada atau sangat homogen. Hanya ada 9 orang laki-laki dari 94 mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2014 atau sekitar 9,5%. Tingkat pendidikan juga tidak dijadikan sebagai variabel karena latar belakang pendidikan subjek penelitian sama yaitu sedang menjadi mahasiswa S1 kesehatan masyarakat di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Text Box: Menonton TelevisiText Box: Durasi TidurText Box: Status Gizi:
1. Gizi Lebih
2. Obesitas
Banyak penelitian terdahulu yang telah menjadikan asupan zat gizi makro sebagai variabel independennya. Tidak hanya mengenai asupan zat gizi, penelitian mengenai pengetahuan dan tempat tinggal juga sering dilakukan. Dimana mereka yang memiliki pengetahuan (tentang gizi) yang baik akan memilih makanan yang baik pula. Sedangkan untuk tempat tinggal lebih banyak di daerah urban karena banyak terdapat makanan cepat saji yang tidak bergizi. Penelitian pada mahasiswa kesehatan masyarakat di FKIK juga telah banyak dilakukan terkait dengan ketiga faktor tersebut. Untuk menghindari pengulangan penelitian dan mengembangkan penelitian yang telah ada, maka peneliti memutuskan untuk tidak mengikutsertakan ketiga konsep tersebut dalam penelitian ini. Peneliti akhirnya hanya meneliti dua variabel dari konsep aktivitas sedentari berupa kebiasaan menonton televisi dan durasi tidur. Berikut ini adalah kerangka konsep beserta faktor yang akan diteliti:


 


Bagan 3.1.1. Kerangka Konsep

3.2.       Definisi Operasional
No.
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur

1.
Gizi Lebih
Keadaan gizi mahasiswa yang menggambarkan konsumsi dan penggunaan energi di dalam tubuh yang dinilai dengan menggunakan perhitungan indeks massa tubuh (IMT)

(Mahadibya, 2015)
Menghitung indeks massa tubuh (IMT):
1.      Mengukur berat badan
2.      Mengukur tinggi badan, lalu satuannya dibuat ke dalam meter
3.      Masukkan ke dalam rumus IMT:


(Supariasa, 2001)
1.     Timbangan
2.     Mikrotois
3.     Kuisioner
1. Gizi lebih (IMT > 25,0 -27,0)
2. Tidak gizi lebih
(IMT ≤ 25,0 atau > 27,0)

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1994)
Ordinal

2.
Obesitas
Keadaan gizi mahasiswa sebagai kelanjutan dari gizi lebih yang dapat menggambarkan konsumsi dan penggunaan energi di dalam tubuh yang dinilai dengan menggunakan perhitungan indeks massa tubuh (IMT)
Adaptasi dari (Mahadibya, 2015)
Menghitung indeks massa tubuh (IMT):
1.      Mengukur berat badan
2.      Mengukur tinggi badan, lalu satuannya dibuat ke dalam meter
3.      Masukkan ke dalam rumus IMT:


(Supariasa, 2001)
1.    Timbangan
2.    Mikrotois
3.    Kuisioner
1. Obesitas
(IMT > 27,0)
2. Tidak obesitas (< 27,0)

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1994)
Ordinal

No.
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
3.
Durasi Tidur
Rata-rata dari total waktu tidur selama 7 hari terakhir dalam satuan jam
Pengisian kuisioner oleh mahasiswa mengenai lamanya tidur dalam 7 hari terakhir
Kuisioner
1. Kurang
(< 5 jam)
2. Cukup
(≥ 5 jam)
(Cappuccio dkk., 2008)
Ordinal

4.
Kebiasaan Menonton Televisi
Rata-rata dari total waktu menonton televisi selama 7 hari terakhir (dalam satuan jam) dan aktivitas yang lazim dilakukan pada saat menonton televisi yang dapat memengaruhi status gizi berupa konsumsi makanan saat menonton televisi
Pengisian kuisioner oleh mahasiswa mengenai lamanya menonton televisi dan konsumsi makanan saat menonton televisi
Kuisioner
1. Cukup
(≤ 3 jam sehari)
2. Lama/Berlebihan
(> 3 jam sehari)
(Ayunda Pininta, 2015)

1. Mengkonsumsi makanan saat menonton TV (Ya)
2. Tidak Mengkonsumsi makanan saat menonton TV
Ordinal dan Nominal











BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.      Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan desain studi cross sectional. Dengan memilih desain studi ini, peneliti dapat menjawab ada tidaknya hubungan antara variabel independen dan dependen. Selain itu, desain ini dipilih agar peneliti dapat mengetahui kedua variabel tersebut dalam satu waktu yang bersamaan, sehingga hasil penelitiannya pun dapat langsung diketahui oleh peneliti.
4.2.      Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Mei-Juni 2016.
4.3.      Metode Perhitungan dan Pemilihan Sampel
Dalam perhitungan besar sampel, peneliti menggunakan rumus uji beda dua proporsi (chi square = x2) sebagai berikut:
n             = besar sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian
Z1-α/2       = CI 95% = 1,96
Z1-β         = kekuatan uji 80% = 0,84
P                        = proporsi rata-rata = ½ (P1 + P2) = ½ (0,673 + 0,327) = ½ (1,0) = 0,5
P1           = proporsi gizi lebih yang durasi tidurnya kurang = 0,673 (Wandansari, 2015)
P2          = proporsi gizi lebih yang durasi tidurnya cukup = 0,327  (Wandansari, 2015)
Jumlah sampel minimal yang dihasilkan dari perhitungan diatas adalah 32 orang. Kemudian, peneliti kalikan dua dan ditambah dengan 10% dari besar sampel yang diperoleh sehingga besar sampel akhir menjadi 71 orang.
Tabel 4.3.2.1. Proporsi, Besar Sampel dan Kekuatan Uji Menurut Variabel
Variabel
P1
P2
Kekuatan Uji
Nminimal
Durasi Tidur
(Wandansari, 2015)
0,673
0,327
0,84
32
Durasi Menonton Televisi
(Nurdin, 2012)
0,632
0,268
0,84
29
Konsumsi Makanan Saat Menonton Televisi
(Vik, dkk., 2013)
0,70
0,21
0,84
15

Sampel penelitian diambil dari mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2014 di FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 93 orang. Peneliti akan mengambil sampel dengan menggunakan metode simple random sampling. Untuk mengetahui jumlah sampel yang akan diambil di setiap kelas, dapat dihitung menggunakan rumus:

Dari rumus di atas, didapatkan n dari masing-masing kelas/peminatan, yaitu untuk K3, Gizi, dan Promosi Kesehatan berjumlah 14 orang, Kesehatan Lingkungan berjumlah 16 orang, dan Epidemiologi berjumlah 13 orang, sehingga jumlahnya menjadi 71 orang.
4.4.      Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data primer yang langsung diperoleh dari responden. Data tersebut adalah data antropometri, data durasi tidur, durasi menonton TV dan konsumsi makanan saat menonton TV. Pengumpulan data diawali dengan membagikan kuesioner, menjelaskan maksud, tujuan dan isi kuesioner, dilanjutkan dengan pengisian kuisioner oleh responden dan melakukan pengukuran.
4.5.      Metode Pengolahan dan Analisa Data
4.5.1.      Pengolahan Data
1.      Pengkodean data (coding), adalah pemberian kode pada data agar lebih mudah dimasukkan ke dalam komputer. Pengkodean dilakukan untuk seluruh variabel yang ada di dalam penelitian ini. Seluruh indikator diberi kode dengan angka 1 dan 2.
Tabel 4.5.1.1. Kode Indikator Variabel
Variabel
Kode
Indikator
Gizi Lebih
1
Gizi Lebih
2
Tidak Gizi Lebih
Obesitas
1
Obesitas
2
Tidak Obesitas
Durasi Tidur
1
Kurang (< 5 jam)
2
Cukup (≥ 5 jam)
Kebiasaan Menonton TV (Durasi)
1
Cukup (≤ 3 jam)
2
Lama/Berlebihan (> 3 jam)
Kebiasaan Menonton TV (Konsumsi Makanan)
1
Ya
2
Tidak
Frekuensi Tidur dan Menonton TV
1
1 kali
2
2 kali
3
≥ 3 kali

2.      Penyuntingan data (editing), merupakan pemeriksaan seluruh data yang telah diperoleh yang dilakukan saat sebelum data dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan data sehingga peneliti masih bisa melengkapi data yang kurang, tidak sesuai ataupun meragukan.
3.      Pemasukan data (entry), seluruh data yang telah dikumpulkan dan diberi kode selanjutnya akan dimasukkan ke dalam perangkat lunak komputer untuk pengolahan data.
4.      Pembersihan data (cleaning), merupakan tahapan akhir yang dilakukan peneliti untuk mengecek kembali data yang telah dimasukkan dan meyakinkan bahwa data tersebut benar dan siap untuk dianalisis.
4.5.2.      Analisa Data
1.      Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui angka kejadian gizi lebih dan obesitas, serta gambaran durasi tidur dan kebiasaan menonton televisi mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2014 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.      Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara durasi tidur dan kebiasaan menonton TV dengan status gizi lebih dan obesitas mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2014 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Variabel independen dan dependen dalam penelitian ini bersifat kategorik. Oleh karena itu, dipilih uji chi square (x2) dengan rumus:
df = (k – 1)(b – 1)

O = nilai observasi              k = jumlah kolom
E = nilai ekspektasi             b = jumlah baris
DAFTAR PUSTAKA
Ayunda Pininta, 2015. "Durasi Ideal Menonton TV untuk Dewasa Muda". Kompas (Jakarta). (http://health.kompas.com/read/2015/12/04/160300123/Durasi.Ideal.Menonton.TV.untuk.Dewasa.Muda dikutip pada 26 April 2016 pkl. 03.54 WIB).
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Bahar, B. dan Hendrayati. 2014. Pola Konsumsi Sayur, Buah dan Aktivitas Sedentari Mahasiswa Obesitas di Universitas Hasanuddin. Universitas Hasanuddin.
Barasi, Mary E. 2009. At a Glance Ilmu Gizi. Diterjemahkan oleh Hermin Halim. Erlangga: Jakarta.
Cappuccio, F. P., dkk. 2008. Meta-analysis of Short Sleep Duration and Obesity in Children and Adults. Sleep New York Then Westchest. 31(5): 619.
Chaput, J., dkk. 2007. Short Sleep Duration is Associated with Reduced Leptin Levels and Increased Adiposity: Results From the Quebec Family Study. Obesity. 15: 253–261.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2010. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Rajawali Pers: Jakarta.
Destiany, V. dan Sulchan, M. 2012. Asupan Tinggi Natrium dan Lama Menonton TV Sebagai Faktor Risiko Hipertensi Obesitik pada Remaja Awal. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Dietz, W. H. dan Gortmaker, S.L. 1985. Do We Fatten Our Children at the Television Set? Obesity and Television Viewing in Children and Adolescents. Harvard School of Public Health. 75(5).
Eka, dkk. 2012. Prevalensi Obesitas pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2011. Jurnal Biomedik. 4(3).
Erem, C., dkk. 2004. Prevalence of Obesity and Associated Risk Factors in a Turkish Population (Trabzon City, Turkey). Obesity Research. 12(7): 1117–1127.
Garaulet, M., dkk. 2011. Short Sleep Duration is Associated with Increased Obesity Markers in European Adolescents: Effect of Physical Activity and Dietary Habits The Helena study. International Journal of Obesity. 35(10): 1308–1317.
Grundy, S. M., dkk. 2004. Definition of Metabolic Syndrome Report of the National Heart, Lung, and Blood Institute/American Heart Association Conference on Scientific Issues Related to Definition. Circulation. 109(3): 433–438.
Indra, M. R. 2006. Dasar Genetik Obesitas Viseral. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 22(1).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa. Jakarta.
KSP, Robert Adhi. 2015. "Obesitas dan Ancaman Ekonomi Global". Kompas (Jakarta). 21 April. (http://print.kompas.com/baca/2015/04/21/Obesitas-dan-Ancaman-Ekonomi-Global dikutip pada 17 April 2016 pkl. 10.55 WIB).
Kumar, V., dkk. 2007. Robbins Basic Pathology. 8th ed. Saunders Elsevier: Philadelphia.
Mahadibya, A. 2015. Perbedaan Asupan Energi, Konsumsi Minuman Manis, Aktivitas Fisik dan Tingkat Pendidikan pada Kejadian Obesitas Wanita Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang Tahun 2015. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nurdin, N. W. 2012. Hubungan Status Gizi Orangtua, Asupan Makanan, Durasi Menonton TV serta Bermain Games dan Faktor Lain dengan Status Gizi (Kegemukan) pada Siswa TK Islam Al-Azhar 03 Kota Cirebon Tahun 2012. Skripsi. Universitas Indonesia.
Obesity Society. 2014. "What is Obesity". (http://www.obesity.org/obesity/resources/facts-about-obesity/what-is-obesity dikutip pada 17 April 2016 pkl. 14.19 WIB).
Patel, S.R. dan Hu, F. B. 2008. Short Sleep Duration and Weight Gain: A Systematic Review. Obesity. 16(3): 643–653.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), 2009. Kamus Gizi: Pelengkap Kesehatan Keluarga. Penerbit Buku Kompas: Jakarta.
Saraswati, I. dan Dieny, F.F. 2012. Perbedaan Karakteristik Usia, Asupan Makanan, Aktivitas Fisik, Tingkat Sosial Ekonomi dan Pengetahuan Gizi pada Wanita Dewasa dengan Kelebihan Berat Badan Antara di Desa dan Kota. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Silvani, Judith T. 2014. Pengaruh Durasi Tidur terhadap Risiko Obesitas. Skripsi. Universitas Kristen Maranatha.
Simatupang, M. R. 2009. Pengaruh Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik dan Keturunan terhadap Kejadian Obesitas pada Siswa Sekolah Dasar Swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan (S2). Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC: Jakarta.
Vik, F. N. dkk. 2013. Associations Between Eating Meals, Watching TV While Eating Meals and Weight Status Among Children, Ages 10–12 Years in Eight European Countries: The Energy Cross-Sectional Study. International Journal Behavior Nutrition and Physical Activity. 10: 58.
Vioque, J., dkk. 2000. Time Spent Watching Television, Sleep Duration and Obesity in Adults Living in Valencia, Spain. International Journal of Obesity. 24(12): 1683-1688.
Wandansari, D. N. 2015. Hubungan antara Konsumsi Fast Food, Kebiasaan Olahraga, Faktor Genetik dan Durasi Tidur Dengan Status Gizi Lebih Pada Remaja (Studi di SMA Negeri 2 Kabupaten Bondowoso).
Wiseman, G., 2004. Nutrition and Health. Taylor and Francis, London.
World Health Organization, 2015. "Obesity and Overweight". (http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en  dikutip pada 3 April 2016 pkl. 12.29 WIB).
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENONTON TV DAN DURASI TIDUR DENGAN STATUS GIZI LEBIH DAN OBESITAS PADA MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT ANGKATAN 2014 DI FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Assalamualaikum wr. wb.
Perkenalkan saya Umi Kalsum, mahasiswa semester 4 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini, saya sedang melakukan penelitian mengenai “Hubungan antara Kebiasaan Menonton TV dan Durasi Tidur dengan Status Gizi Lebih dan Obesitas pada Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Angkatan 2014 di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Oleh karena itu, saya meminta bantuan Anda untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Saya menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas Anda. Jawaban yang Anda berikan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Kuesioner yang telah diisi harap dikembalikan kepada peneliti. Jika saat mengisi kuesioner menemukan kesulitan, Anda dapat bertanya kepada peneliti.
Atas kerjasama dan bantuannya, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum wr. wb.
Hormat Saya,
Peneliti


(Umi Kalsum)


Mohon pertanyaan dijawab dengan jelas, lengkap dan jujur.
* Diisi oleh peneliti
Identitas Responden

1.
Nama Lengkap

2.
NIM

3.
Tempat Tanggal Lahir

4.
Jenis Kelamin
a.       Laki-laki
b.      Perempuan
5.
Angkatan/Peminatan

6.
Nomor Handphone

7.
Tanda Tangan


Indikator Status Gizi*

8.
Berat Badan
              kg
9.
Tinggi Badan
              cm





Pilihlah salah satu jawaban dari setiap pertanyaan dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang Anda pilih. Pertanyaan berikut akan menanyakan kepada Anda mengenai waktu dan kebiasaan yang Anda lakukan saat tidur dan menonton televisi selama 7 hari terakhir. Oleh karena itu, pikirkan yang Anda lakukan dalam 7 hari terakhir.
A1. Durasi Tidur
Kode Soal
Pertanyaan
Jawaban
Kode*
A1.1
Berapa kali Anda tidur dalam sehari di hari kuliah?
1) 1 kali
2) 2 kali
3) ≥ 3 kali

A1.2
Berapa kali Anda tidur dalam sehari di hari libur?
1) 1 kali
2) 2 kali
3) ≥ 3 kali

A1.3
Berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk tidur di hari kuliah?
A) 1 - 3 jam
B) 4 - < 5 jam
1
C) 5 - 8 jam
D) > 8 jam
2
A1.4
Berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk tidur di hari libur?
A) 1 - 3 jam
B) 4 - < 5 jam
1
C) 5 - 8 jam
D) > 8 jam
2
A2. Kebiasaan Menonton Televisi
Kode Soal
Pertanyaan
Jawaban
Kode*
A2.1
Berapa kali Anda menonton TV dalam sehari di hari kuliah?
1) 1 kali
2) 2 kali
3) ≥ 3 kali

A2.2
Berapa kali Anda menonton TV dalam sehari di hari libur?
1) 1 kali
2) 2 kali
3) ≥ 3 kali

A2.3
Berapa lama waktu yang Anda gunakan untuk menonton TV di hari kuliah?
A) 1-3 jam
1
B) 4-5 jam
C) 6-8 jam
D) > 8 jam
2
A2.4
Berapa lama waktu yang Anda gunakan untuk menonton TV di hari libur?
A) 1-3 jam
1
B) 4-5 jam
C) 6-8 jam
D) > 8 jam
2
A2.5
Apakah Anda menonton TV sambil duduk?
1) Ya

2) Tidak

A2.6
Apakah Anda menonton TV sambil makan?
1) Ya

2) Tidak (Lewati Soal No. A2.7)

A2.7
A2.7.1 Apakah Anda mengkonsumsi
makanan yang digoreng?
1) Ya

2) Tidak


A2.7.2 Apakah Anda mengkomsumsi
makanan bersantan?
1) Ya

2) Tidak

A2.7.3 Apakah Anda mengkonsumsi
makanan manis?
1) Ya

2) Tidak