HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENONTON TV DAN DURASI TIDUR DENGAN
STATUS GIZI LEBIH DAN OBESITAS PADA MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT ANGKATAN
2014 DI FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Proposal
Diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif
Dosen Penilai:
Catur Rosidati, M.KM; Mukhlidah Hanum; M.KM dan Yuli Amram, M.KM
Oleh:
Umi
Kalsum
11141010000017
Kelas:
4-A
PEMINATAN
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PROGRAM
STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437
H / 2016 M
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan proposal ini tepat
waktu. Proposal penelitian ini
berjudul “Hubungan antara Kebiasaan
Menonton TV dan Durasi Tidur dengan Status
Gizi Lebih dan Obesitas pada Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat Angkatan 2014 di FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kebiasaan menonton TV dan durasi tidur mahasiswa kaitannya dengan status gizi
mahasiswa (gizi lebih dan obesitas).
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen dan pihak yang
membantu melancarkan penyusunan proposal penelitian ini. Peneliti menyadari
bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan
adanya kritikan yang bersifat membangun. Semoga proposal ini dapat diterima
dan penelitian ini nantinya dapat bermanfaat terutama bagi peneliti sendiri dan
bagi para pembacanya.
Wassalamualaikum wr. wb.
Ciputat, Mei 2016
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL............................................................................................................. i
KATA
PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI.......................................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
1.1.
Latar
Belakang............................................................................................................. 1
1.2.
Rumusan
Masalah......................................................................................................... 2
1.3.
Tujuan
Penelitian.......................................................................................................... 2
1.3.1.
Tujuan
Umum................................................................................................... 2
1.3.2.
Tujuan
Khusus.................................................................................................. 3
1.4.
Manfaat
Penelitian........................................................................................................ 3
1.4.1.
Bagi
Akademik (Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan).......................... 3
1.4.2.
Bagi
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat.......................................................... 3
1.4.3.
Bagi
Peneliti Lain............................................................................................. 3
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 4
2.1.
Gizi
Lebih..................................................................................................................... 4
2.2.
Obesitas........................................................................................................................ 4
2.3.
Mekanisme
Terjadinya Gizi Lebih dan Obesitas.......................................................... 4
2.4.
Besaran
Masalah Gizi Lebih dan Obesitas................................................................... 5
2.5.
Penilaian
Status Gizi Lebih dan Obesitas..................................................................... 6
2.6.
Faktor
yang Berhubungan dengan Status Gizi Lebih dan Obesitas............................. 7
2.6.1.
Menonton
Televisi............................................................................................ 7
2.6.2.
Durasi
Tidur...................................................................................................... 7
2.7.
Dampak
dari Gizi Lebih dan Obesitas......................................................................... 8
2.8.
Kerangka
Teori............................................................................................................. 9
BAB
III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL............................. 10
3.1.
Kerangka
Konsep......................................................................................................... 10
3.2.
Definisi
Operasional..................................................................................................... 11
BAB
IV METODOLOGI PENELITIAN........................................................................... 13
4.1.
Desain
Penelitian.......................................................................................................... 13
4.2.
Waktu
dan Tempat Penelitian...................................................................................... 13
4.3.
Metode
Perhitungan dan Pemilihan Sampel................................................................ 13
4.4.
Metode
Pengumpulan Data.......................................................................................... 14
4.5.
Metode
Pengolahan dan Analisa Data......................................................................... 14
4.5.1.
Pengolahan
Data.............................................................................................. 14
4.5.2.
Analisa
Data..................................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................................ 16
LAMPIRAN........................................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Menurut (World Health Organization, 2015) gizi lebih dan obesitas merupakan
akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan yang dapat menimbulkan risiko
kesehatan. Gizi lebih dan obesitas menjadi faktor risiko utama bagi sejumlah
penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit kardiovaskuler dan kanker. Kedua
status gizi ini diukur dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT), yaitu berat
badan seseorang (kg) dibagi dengan hasil kuadrat tinggi badan orang tersebut (m2).
Jika seseorang memiliki IMT ≥ 25 kg/m2 maka ia dikategorikan sebagai
gizi lebih, dan jika telah mencapai ≥ 30 kg/m2 maka ia masuk ke
dalam kategori obesitas.
Gizi lebih dan obesitas telah menjadi masalah kesehatan di dunia.
Menurut (World Health Organization, 2015), pada tahun 2014 telah terdapat
sekitar 1,9 miliar penduduk dewasa di dunia yang memiliki kelebihan berat
badan, dan 600 juta diantaranya tergolong obesitas. Berdasarkan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, prevalensi penduduk dewasa di
Indonesia yang memiliki berat badan lebih dan obesitas cukup tinggi, yaitu
sebesar 13,5% dan 15,4%. Data Riskesdas ini juga menunjukkan adanya peningkatan
prevalensi obesitas pada usia dewasa dari tahun 2010 ke 2013 baik pada penduduk
laki-laki maupun perempuan. (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2013)
Ada banyak faktor yang berhubungan dengan status gizi lebih dan
obesitas, diantaranya kebiasaan menonton televisi (TV) dan durasi tidur. Mayoritas
orang mampu menghabiskan waktunya selama berjam-jam hanya untuk menonton TV dan
cenderung untuk menonton sambil mengkonsumsi makanan. (Vioque, dkk,
2000) menemukan
adanya hubungan yang positif antara durasi menonton televisi dengan risiko
obesitas di wilayah Mediterania Valensia, Spanyol. Menurut (Saraswati dan
Dieny, 2012), wanita dewasa
yang memiliki kelebihan berat badan bisa menghabiskan 6-8 jam untuk menonton
televisi setiap harinya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa menonton TV
memiliki hubungan yang positif dengan kejadian obesitas.
Faktor lain yang berhubungan dengan status gizi lebih dan obesitas
adalah durasi tidur. Durasi tidur
yang cukup berkisar antara 5-8 jam. Kekurangan tidur dapat mengganggu regulasi
hormonal dalam tubuh yang berdampak pada peningkatan nafsu makan da secara
otomatis akan meningkatkan asupan energi seseorang dan memicu timbulnya
timbunan lemak. (Garaulet dkk,
2011) menemukan
adanya hubungan antara durasi tidur dengan risiko peningkatan indeks massa
tubuh pada orang dewasa di 10 negara di Eropa. (Silvani, 2014) juga menemukan adanya hubungan antara durasi tidur dengan risiko
obesitas. Hasil penelitian mereka menyebutkan bahwa orang yang tidur kurang
dari 7 jam cenderung untuk memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang lebih tinggi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa durasi tidur berhubungan dengan status gizi lebih
dan obesitas.
Alasan peneliti memilih mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan
2014 di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai populasi dalam penelitian
ini karena di dalamnya terdapat keberagaman status gizi. Berdasarkan hasil
studi pendahuluan, dari 10 mahasiswa sebanyak 5 orang menderita gizi lebih dan
obesitas. Mahasiswa kesehatan masyarakat juga memenuhi karakteristik sasaran
penelitian. Ada mahasiswa yang sering mengerjakan tugas dalam waktu semalam
sehingga durasi tidurnya singkat, tetapi ada juga mahasiswa yang lebih memilih
untuk mengerjakan tugas di awal waktu. Tak hanya itu, ada mahasiswa yang
menyempatkan waktunya untuk menonton TV dan ada pula mahasiswa yang jarang
menonton TV. Diharapkan dengan pemilihan populasi ini, dapat diperoleh hubungan
antara kebiasaan menonton TV dan durasi tidur dengan status gizi lebih dan
obesitas.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan data WHO tahun 2015 dan Riskesdas 2013, prevalensi gizi
lebih dan obesitas pada laki-laki dan perempuan sama-sama menunjukkan adanya
peningkatan. Data tersebut menunjukkan adanya pergeseran kejadian gizi lebih
dan obesitas ke usia yang lebih muda. Dewasa ini, semakin banyak mahasiswa yang
memiliki durasi tidur yang kurang. Saat memiliki waktu luang, hanya diisi dengan
kegiatan sedentari seperti menonton televisi (TV) yang sama sekali tidak
memberikan manfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
mengetahui kebiasaan menonton TV dan durasi tidur kaitannya dengan status gizi
mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2014 di FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
1.3.
Tujuan
Penelitian
1.3.1.
Umum
Mengetahui
hubungan antara kebiasaan menonton TV dan durasi tidur dengan status gizi lebih
dan obesitas pada mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2014 di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.3.2.
Khusus
1.
Mengetahui gambaran status gizi lebih dan obesitas pada mahasiswa
kesehatan masyarakat angkatan 2014 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Mengetahui gambaran kebiasaan menonton TV pada mahasiswa kesehatan
masyarakat angkatan 2014 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.
Mengetahui gambaran durasi tidur pada mahasiswa kesehatan
masyarakat angkatan 2014 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4.
Mengetahui hubungan antara kebiasaan menonton TV dengan status gizi
lebih dan obesitas pada mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2014 di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Mengetahui hubungan antara durasi tidur dengan status gizi lebih
dan obesitas pada mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2014 di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.4.
Manfaat
Penelitian
1.4.1.
Bagi Akademik (Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan)
Hasil
penelitian dapat dijadikan sebagai tambahan data dan informasi terkini mengenai
status gizi lebih dan obesitas pada mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan
2014 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.4.2.
Bagi Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
Hasil
penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang faktor lain yang
berpengaruh terhadap status gizi lebih dan obesitas dan dapat dijadikan sebagai
pedoman perencanaan program yang berkaitan dengan pencegahan dan penanggulangan
gizi lebih dan obesitas oleh mahasiswa tersebut.
1.4.3.
Bagi Peneliti Lain
Hasil
penelitian dapat dijadikan sebagai tambahan pustaka bagi para peneliti lain
agar dapat meneliti lebih dalam lagi dan melengkapi kelemahan dan kekurangan
dalam penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Gizi Lebih
Gizi lebih adalah keadaan gizi seseorang yang pemenuhan
kebutuhannya melampaui batas atau mengalami kelebihan dalam waktu yang cukup
lama. Hal ini dapat dicerminkan dengan kelebihan berat badan yang terdiri dari timbunan
lemak dan
besar tulang dan otot. (Persatuan Ahli
Gizi Indonesia, 2009)
Definisi lain menurut (Simatupang,
2009), gizi lebih
adalah berat badan yang relatif berlebihan jika dibandingkan dengan tinggi
badan pada usia yang sama, sebagai akibat terjadinya penimbunan lemak yang
berlebihan dalam jaringan lemak tubuh. Istilah gizi lebih ini sering disebut
dengan kegemukan dan overweight. Sedangkan menurut
(World Health
Organization, 2015) gizi lebih
merupakan salah satu dari status gizi yang dapat diklasifikasikan berdasarkan
indeks massa tubuh (IMT). IMT diukur dengan menghitung berat badan (kg) dibagi
tinggi badan dikuadratkan (m2). Jika seseorang memiliki IMT sebesar
25 kg/m2 atau lebih maka ia berstatus gizi lebih.
2.2.
Obesitas
Menurut (World Health
Organization, 2015) dan (Obesity
Society, 2014), obesitas
adalah keadaan abnormal dimana terdapat akumulasi lemak dalam jumlah yang
sangat berlebih yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Obesitas
didefinisikan sebagai penimbunan jaringan adiposa yang membutuhkan strategi
khusus untuk mencegah dan mengendalikannya.
(Dietz and
Gortmaker, 1985) mengatakan
bahwa obesitas memiliki derajat yang lebih berat dengan gizi
lebih. Obesitas sendiri sebenarnya bisa dibagi ke dalam beberapa kelompok, diantaranya mild obese yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan dan super
obese yang memiliki kelebihan berat badan sebesar 100% atau lebih dan akan
menimbulkan efek yang lebih berbahaya. Obesitas dapat terjadi
pada segala
jenis umur dan setiap orang memiliki gambaran klinis yang bervariasi mulai dari yang
ringan hingga berat. (Simatupang,
2009)
2.3.
Mekanisme
Terjadinya Gizi Lebih dan Obesitas
Proses biokimiawi dalam tubuh secara alami dapat memberikan
sinyal baik rasa kenyang maupun lapar. Semua makanan yang masuk ke dalam sistem pencernaan akan diubah menjadi bentuk energi dan disimpan di dalam tubuh. Kondisi dan aktivitas
penyimpanan energi di jaringan adiposa ini selanjutnya dikomunikasikan ke sistem saraf pusat melalui
mediator leptin (dari jaringan adiposa), insulin (pankreas), dan ghrelin
(lambung). (Kumar dkk, 2007)
Normalnya, leptin akan disekresikan ke peredaran darah
dan dikirim ke sistem saraf pusat untuk berikatan dengan reseptor leptin di
hipotalamus pada saat lemak yang kita konsumsi mencapai jaringan adiposa. Ikatan tersebut dapat merangsang
sintesis pro-opiomelanokortin (POMC). POMC ini nantinya akan menghasilkan adrenokortikotropin
(ACTH) dan hormon perangsang alfa-melanosit (α-MSH) yang akan berikatan dengan reseptor
melanokortin-4 (MC4-R) di nukleus paraventrikular hipotalamus hingga
menyebabkan terjadinya penurunan asupan makanan. Jika seseorang memiliki
status gizi lebih dan obesitas, maka kadar leptinnya cenderung akan berkurang dan proses
tersebut menjadi terganggu sehingga terjadi peningkatan asupan makanan dan
penimbunan lemak di jaringan adiposa. (Indra, 2006)
2.4.
Besaran Masalah
Gizi Lebih dan Obesitas
Prevalensi gizi lebih dan obesitas terus meningkat
setiap tahunnya. Selama
20 tahun terakhir, terdapat lebih banyak orang yang memiliki berat badan
berlebih daripada penderita gizi kurang di seluruh dunia. Menurut (World Health
Organization, 2015), di tahun 2014
ada sekitar 1,9 miliar penduduk dewasa yang memiliki kelebihan berat badan, dan 600 juta
diantaranya tergolong obesitas. Pada tahun 2010, gizi lebih dan obesitas
telah menyebabkan sekitar 3,4 juta orang meninggal. (KSP, 2015).
Masalah gizi lebih dan obesitas tidak hanya terjadi di negara maju
tetapi juga di negara berkembang. Dari hasil penelitian (Erem dkk, 2004) didapatkan prevalensi obesitas di Turki
sebesar 23,5%. Saat
ini, Indonesia juga menjadi salah satu negara yang memiliki masalah status
gizi. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2013,
prevalensi penduduk dewasa di Indonesia yang memiliki berat badan lebih dan
obesitas juga cukup tinggi, yaitu sebesar 13,5% dan 15,4%. Data Riskesdas ini
menunjukkan adanya peningkatan prevalensi obesitas pada usia dewasa dari tahun
2010 ke 2013 baik pada penduduk laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki terjadi
peningkatan dari 13,9% (2007) dan 7,8% (2010) menjadi 19,7% di tahun 2013. Sedangkan pada perempuan
peningkatannya cukup drastis, yaitu dari 13,9% (2007) dan 15,5% (2010) menjadi 32,9% di tahun
2013. (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2013)
Masalah gizi lebih dan obesitas hingga saat ini terus
bergeser ke arah usia produktif.
Berdasarkan hasil penelitian (Eka dkk, 2012), dari 307 populasi, didapatkan prevalensi obesitas
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado sebesar 32,2%.
Hal ini juga
didukung oleh penelitian (Bahar dan
Hendrayati, 2014) yang menemukan
350 orang mahasiswa obesitas di Universitas Hasanuddin.
2.5.
Penilaian
Status Gizi Lebih dan Obesitas
(Supariasa,
2001) mengatakan
bahwa penilaian
status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penilaian
status gizi secara tidak langsung terdiri dari survei konsumsi makanan, data
statistik vital dan faktor ekologi. Sedangkan penilaian status gizi secara
langsung terdiri dari pemeriksaan klinis, biokimia, fisik dan antropometri.
Menurut (Supariasa,
2001), antropometri
berhubungan dengan pengukuran tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi.
Pengukuran ini relatif cepat sehingga bisa dilakukan untuk populasi yang besar serta
hasilnya mudah disimpulkan dan dikelompokkan (gradable). Keterbatasan dari metode ini adalah kemungkinan
terjadinya kesalahan pada saat pengukuran. (Departemen
Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, 2010).
Untuk masalah gizi lebih dan obesitas, antropometri menjadi salah
satu metode yang tepat untuk digunakan. Peneliti mengukur tinggi badan dan
berat badan kemudian peneliti menghitung indeks massa tubuh (IMT), yaitu berat
badan seseorang (kg) dibagi dengan hasil kuadrat tinggi badan orang tersebut (m2).
IMT ini digunakan untuk memantau status gizi yang berkaitan dengan kekurangan
dan kelebihan gizi pada orang dewasa di atas 18 tahun. (Supariasa,
2001)
Tabel 2.5.1. Kategori
Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks Massa
Tubuh atau IMT (kg/m2)
|
Kategori
|
|
Kementerian Kesehatan
|
WHO
|
|
< 18,5
|
< 18,5
|
Gizi Kurang
|
> 18,5 – 25,0
|
18,5 – 24,5
|
Gizi Baik
(Normal)
|
> 25,0 – 27,0
|
24,5 – 29,9 (≥
25,0)
|
Gizi Lebih
|
> 27,0
|
≥ 30,0
|
Obesitas
|
Sumber:
(Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 1994) dan (World Health
Organization, 2015)
Seseorang dikatakan gizi lebih berdasarkan (World Health
Organization, 2015), jika besar IMT ≥ 25,0
kg/m2 dan obesitas jika IMT ≥ 30 kg/m2. Sedangkan
menurut (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 1994), jika IMT >
25,0 sampai 27,0 kg/m2 akan digolongkan sebagai gizi lebih dan obesitas jika IMT > 27,0 kg/m2.
2.6.
Faktor yang
Berhubungan dengan Status Gizi Lebih dan Obesitas
2.6.1.
Menonton
Televisi
Berdasarkan penelitian (Simatupang,
2009), aktivitas
fisik dapat memberikan pengaruh terhadap status gizi lebih dan obesitas. Aktivitas
fisik dapat dilihat berdasarkan tingkatannya (ringan, sedang, dan berat) atau dilihat dari aktivitas
sedentarinya. Aktivitas sedentari
adalah perilaku yang menunjukkan kurang sensitifnya seseorang dalam melakukan
aktivitas fisik secara terbatas, salah satu contohnya adalah menonton televisi.
(Dietz dan Gortmaker,
1985) menyatakan
bahwa energi basal selama menonton televisi lebih rendah daripada energi basal
selama istirahat. Terlalu lama menonton televisi dapat membuat seseorang menjadi
malas dan kurang
melakukan aktivitas fisik. Selain itu, juga mengalami kesulitan
dalam merespon adanya kelebihan asupan makanan yang dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan status gizi. Pada saat menonton televisi seseorang juga
seringkali disuguhkan dengan iklan makanan cepat saji yang rendah zat gizi
sehingga menimbulkan kebiasaan mengkonsumsi makanan di saat menonton televisi.
(Vioque, dkk,
2000) menemukan
adanya hubungan yang positif antara durasi menonton televisi dengan risiko
obesitas di wilayah Mediterania Valensia, Spanyol. Menurut (Saraswati dan
Dieny, 2012), wanita dewasa
yang memiliki kelebihan berat badan bisa menghabiskan 6-8 jam waktunya untuk
menonton televisi setiap harinya. Hal ini juga didukung oleh penelitian (Bahar dan
Hendrayati, 2014), dimana mahasiswa
sering melakukan aktivitas sedentari berupa menonton TV dan dapat meningkat
durasinya ketika memasuki hari libur.
2.6.2.
Durasi Tidur
Menurut (Chaput dkk, 2007) ketika seseorang kurang tidur regulasi yang
terjadi di dalam tubuhnya akan terganggu. Durasi tidur yang kurang menyebabkan berkurangnya
kadar leptin di dalam tubuh, sehingga ia tidak dapat menekan nafsu makan dan
kerja perangsang nafsu makan atau ghrelin menjadi meningkat. Pada akhirnya,
tubuh akan terus memberi sinyal lapar dan tidak mampu untuk merespon adanya
kelebihan asupan makanan, hingga terjadi peningkatan status gizi. Selain itu,
durasi tidur yang kurang dapat menyebabkan seseorang menjadi merasa lelah
dan cenderung
untuk membatasi aktivitas fisiknya. (Patel and Hu,
2008).
(Garaulet dkk,
2011) menemukan
adanya hubungan antara durasi tidur dengan risiko peningkatan indeks massa
tubuh dan obesitas pada orang dewasa di 10 negara di Eropa. (Silvani, 2014) juga menemukan adanya hubungan antara durasi tidur dengan risiko
obesitas. Hasil penelitian mereka menyebutkan bahwa orang yang tidur kurang
dari 7 jam cenderung untuk memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang lebih tinggi.
2.7.
Dampak dari Gizi
Lebih dan Obesitas
(Barasi, 2009) menjelaskan bahwa status gizi lebih
dan obesitas masih menjadi faktor risiko utama bagi sejumlah penyakit
degeneratif, seperti penyakit kardiovaskuler, dislipidemia, hipertensi, diabetes
melitus, dll. Menurut (Destiany dan
Sulchan, 2012), peningkatan
asam lemak akan meningkatkan aktivasi renin angiotensin aldosteron sehingga
terjadi peningkatan reabsorbsi dan retensi natrium. Bertambahnya volume cairan
ekstraseluler dapat menyebabkan
hipertensi. Obesitas
juga dapat menyebabkan resistensi insulin. Kelebihan jaringan lemak akan menyebabkan terbentuknya asam lemak
tidak diesterifikasi (NEFA), sitokin, plasminogen
activator inhibitor (PAL-1) dan adiponektin. Tingginya kadar NEFA ini akan membebani
otot dan hati dengan lemak sehingga menyebabkan resistensi insulin. (Grundy dkk, 2004)
Dampak mekanis yang ditimbulkan dari gizi lebih dan obesitas antara
lain gangguan muskuloskeletal akibat penurunan kemampuan tubuh dalam menopang
dan menahan berat badan, mudah lelah, sulit bernapas, serta mengalami iritasi
kulit akibat produksi keringat yang berlebihan. Gizi lebih dan obesitas juga
dapat menimbulkan dampak dari sisi psikologis, yaitu depresi akibat
diskriminasi dan pengangguran. Hal ini terjadi karena orang dengan kelebihan berat
badan geraknya menjadi lebih terbatas sehingga mengalami penurunan
produktivitas dan kepercayaan diri. (Wiseman, 2004)
2.8.
Kerangka Teori
Kerangka teori ini disusun oleh peneliti untuk menjelaskan beberapa
faktor yang berhubungan dengan status gizi lebih dan obesitas, seperti asupan
zat gizi, menonton televisi, durasi tidur, usia, jenis kelamin, pengetahuan
gizi, tingkat pendidikan, tempat tinggal, dan genetik.
![]() |
Bagan 2.8.1.
Kerangka Teori
BAB III
KERANGKA KONSEP
DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1.
Kerangka
Konsep
Faktor
yang tidak diteliti dalam penelitian ini adalah genetik, usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, asupan zat gizi, pengetahuan gizi, dan tempat tinggal. Genetik adalah faktor yang tidak 100% menyebabkan seseorang
mengalami gizi lebih maupun obesitas. Untuk dapat mengetahui faktor genetik
harus dilakukan serangkaian proses analisa kromosom oleh para ahli menggunakan
peralatan dan teknologi canggih. Oleh karena itu, genetik tidak dijadikan
sebagai variabel dalam penelitian ini. Faktor usia tidak dimasukkan ke dalam
variabel dalam penelitian ini sebab variasi dari subjek penelitian tidak ada
atau sangat homogen. Mayoritas mahasiswa kesehatan
masyarakat
angkatan
2014 berusia ± 20 tahun, dan perbedaan usia tidak lebih dari 5 tahun. Faktor
jenis kelamin tidak diteliti dalam penelitian ini sebab variasi dari subjek penelitian tidak
ada atau sangat homogen. Hanya ada 9 orang laki-laki dari 94 mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan
2014 atau sekitar 9,5%. Tingkat pendidikan
juga tidak dijadikan sebagai variabel karena latar belakang pendidikan subjek
penelitian sama yaitu sedang menjadi mahasiswa S1 kesehatan masyarakat di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.





![]() |
Bagan 3.1.1. Kerangka Konsep
3.2.
Definisi
Operasional
No.
|
Variabel
|
Definisi
Operasional
|
Cara
Ukur
|
Alat
Ukur
|
Hasil
Ukur
|
Skala
Ukur
|
||
1.
|
Gizi Lebih
|
Keadaan gizi mahasiswa yang
menggambarkan konsumsi dan penggunaan energi di dalam tubuh yang dinilai
dengan menggunakan perhitungan indeks massa tubuh (IMT)
(Mahadibya, 2015)
|
Menghitung indeks massa tubuh
(IMT):
1.
Mengukur
berat badan
2.
Mengukur
tinggi badan, lalu satuannya dibuat ke dalam meter
3.
Masukkan ke
dalam rumus IMT:
![]()
(Supariasa, 2001)
|
1.
Timbangan
2.
Mikrotois
3.
Kuisioner
|
1. Gizi lebih
(IMT > 25,0 -27,0)
2. Tidak gizi
lebih
(IMT ≤ 25,0 atau > 27,0)
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1994)
|
Ordinal
|
||
2.
|
Obesitas
|
Keadaan gizi mahasiswa sebagai
kelanjutan dari gizi lebih yang dapat menggambarkan konsumsi dan penggunaan
energi di dalam tubuh yang dinilai dengan menggunakan perhitungan indeks
massa tubuh (IMT)
Adaptasi dari (Mahadibya, 2015)
|
Menghitung indeks massa tubuh
(IMT):
1.
Mengukur
berat badan
2.
Mengukur
tinggi badan, lalu satuannya dibuat ke dalam meter
3.
Masukkan ke
dalam rumus IMT:
![]()
(Supariasa, 2001)
|
1.
Timbangan
2.
Mikrotois
3.
Kuisioner
|
1. Obesitas
(IMT > 27,0)
2. Tidak obesitas (< 27,0)
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1994)
|
Ordinal
|
||
No.
|
Variabel
|
Definisi
Operasional
|
Cara
Ukur
|
Alat
Ukur
|
Hasil
Ukur
|
Skala
Ukur
|
||
3.
|
Durasi Tidur
|
Rata-rata
dari total waktu tidur selama 7 hari terakhir
dalam satuan jam
|
Pengisian kuisioner oleh mahasiswa mengenai lamanya tidur dalam 7 hari terakhir
|
Kuisioner
|
1. Kurang
(< 5 jam)
2. Cukup
(≥ 5 jam)
(Cappuccio dkk., 2008)
|
Ordinal
|
||
4.
|
Kebiasaan Menonton Televisi
|
Pengisian kuisioner oleh mahasiswa mengenai lamanya menonton televisi
dan konsumsi makanan saat menonton
televisi
|
Kuisioner
|
1. Cukup
(≤ 3 jam sehari)
2. Lama/Berlebihan
(> 3 jam sehari)
(Ayunda Pininta, 2015)
1. Mengkonsumsi makanan saat menonton TV (Ya)
2. Tidak Mengkonsumsi makanan saat menonton TV
|
Ordinal dan Nominal
|
|||
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain
Penelitian
Penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan desain studi cross sectional. Dengan memilih desain
studi
ini, peneliti dapat menjawab ada
tidaknya hubungan antara variabel independen dan dependen.
Selain itu, desain ini dipilih agar peneliti dapat mengetahui kedua variabel
tersebut dalam satu waktu yang bersamaan, sehingga hasil penelitiannya pun
dapat langsung diketahui oleh peneliti.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Mei-Juni 2016.
4.3. Metode Perhitungan dan Pemilihan Sampel
Dalam perhitungan
besar sampel, peneliti menggunakan rumus uji beda dua proporsi (chi square = x2) sebagai berikut:
n = besar sampel minimum yang
dibutuhkan dalam penelitian
Z1-α/2 = CI 95% = 1,96
Z1-β = kekuatan uji 80% = 0,84
P = proporsi rata-rata = ½
(P1 + P2) = ½ (0,673 + 0,327) = ½ (1,0) = 0,5
P1 = proporsi gizi lebih yang durasi
tidurnya kurang =
0,673 (Wandansari, 2015)
P2 = proporsi gizi lebih yang durasi
tidurnya cukup = 0,327 (Wandansari, 2015)
Jumlah sampel
minimal yang dihasilkan dari perhitungan diatas adalah 32 orang. Kemudian, peneliti kalikan dua dan ditambah dengan 10% dari
besar sampel yang diperoleh sehingga besar sampel akhir menjadi 71 orang.
Tabel 4.3.2.1. Proporsi, Besar Sampel dan Kekuatan
Uji Menurut Variabel
Variabel
|
P1
|
P2
|
Kekuatan Uji
|
Nminimal
|
Durasi Tidur
(Wandansari,
2015)
|
0,673
|
0,327
|
0,84
|
32
|
Durasi
Menonton Televisi
(Nurdin, 2012)
|
0,632
|
0,268
|
0,84
|
29
|
Konsumsi
Makanan Saat Menonton
Televisi
(Vik, dkk.,
2013)
|
0,70
|
0,21
|
0,84
|
15
|
Sampel
penelitian diambil dari mahasiswa kesehatan
masyarakat angkatan 2014 di FKIK Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 93 orang. Peneliti akan
mengambil sampel dengan menggunakan metode simple
random sampling. Untuk mengetahui jumlah sampel yang akan diambil di setiap
kelas, dapat dihitung menggunakan rumus:
Dari
rumus di atas, didapatkan n dari masing-masing kelas/peminatan, yaitu untuk K3,
Gizi, dan Promosi Kesehatan berjumlah 14 orang, Kesehatan Lingkungan berjumlah
16 orang, dan Epidemiologi berjumlah 13 orang, sehingga jumlahnya menjadi 71
orang.
4.4.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data primer yang langsung diperoleh
dari responden. Data tersebut adalah data antropometri, data durasi tidur,
durasi menonton TV dan konsumsi makanan saat menonton TV. Pengumpulan data
diawali dengan membagikan kuesioner, menjelaskan maksud, tujuan dan isi kuesioner,
dilanjutkan dengan pengisian kuisioner oleh responden dan melakukan pengukuran.
4.5.
Metode Pengolahan dan Analisa Data
4.5.1.
Pengolahan Data
1.
Pengkodean data (coding), adalah pemberian kode pada data agar lebih
mudah dimasukkan ke dalam komputer. Pengkodean dilakukan untuk seluruh variabel
yang ada di dalam penelitian ini. Seluruh indikator diberi kode dengan angka 1
dan 2.
Tabel 4.5.1.1. Kode Indikator Variabel
Variabel
|
Kode
|
Indikator
|
Gizi Lebih
|
1
|
Gizi Lebih
|
2
|
Tidak Gizi Lebih
|
|
Obesitas
|
1
|
Obesitas
|
2
|
Tidak Obesitas
|
|
Durasi Tidur
|
1
|
Kurang (< 5 jam)
|
2
|
Cukup (≥ 5 jam)
|
|
Kebiasaan Menonton TV
(Durasi)
|
1
|
Cukup (≤ 3 jam)
|
2
|
Lama/Berlebihan (> 3
jam)
|
|
Kebiasaan Menonton TV
(Konsumsi Makanan)
|
1
|
Ya
|
2
|
Tidak
|
|
Frekuensi Tidur dan
Menonton TV
|
1
|
1 kali
|
2
|
2 kali
|
|
3
|
≥ 3 kali
|
2.
Penyuntingan data (editing), merupakan pemeriksaan seluruh data yang
telah diperoleh yang dilakukan saat sebelum data dimasukkan ke dalam komputer untuk
memastikan data sehingga peneliti masih bisa melengkapi data yang kurang, tidak
sesuai ataupun meragukan.
3.
Pemasukan data (entry), seluruh data yang telah dikumpulkan dan
diberi kode selanjutnya akan dimasukkan ke dalam perangkat lunak komputer untuk
pengolahan data.
4.
Pembersihan data (cleaning), merupakan tahapan akhir yang dilakukan
peneliti untuk mengecek kembali data yang telah dimasukkan dan meyakinkan bahwa
data tersebut benar dan siap untuk dianalisis.
4.5.2.
Analisa Data
1.
Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui angka kejadian gizi lebih dan
obesitas, serta gambaran durasi tidur dan kebiasaan menonton televisi mahasiswa
kesehatan masyarakat angkatan 2014 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara durasi tidur
dan kebiasaan menonton TV dengan status gizi lebih dan obesitas mahasiswa
kesehatan masyarakat angkatan 2014 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Variabel independen dan dependen dalam
penelitian ini bersifat kategorik. Oleh karena itu, dipilih uji chi square (x2)
dengan rumus:
df = (k – 1)(b – 1)
O = nilai observasi k =
jumlah kolom
E = nilai ekspektasi b =
jumlah baris
DAFTAR PUSTAKA
Ayunda Pininta, 2015. "Durasi Ideal Menonton
TV untuk Dewasa Muda". Kompas (Jakarta). (http://health.kompas.com/read/2015/12/04/160300123/Durasi.Ideal.Menonton.TV.untuk.Dewasa.Muda dikutip pada 26 April 2016 pkl. 03.54 WIB).
Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Bahar, B. dan Hendrayati. 2014. Pola Konsumsi Sayur, Buah dan Aktivitas Sedentari Mahasiswa
Obesitas di Universitas Hasanuddin. Universitas Hasanuddin.
Barasi, Mary E. 2009. At a
Glance Ilmu Gizi. Diterjemahkan oleh Hermin Halim. Erlangga: Jakarta.
Cappuccio, F. P., dkk. 2008. Meta-analysis of Short Sleep Duration and Obesity in
Children and Adults. Sleep New York Then
Westchest. 31(5):
619.
Chaput, J., dkk. 2007. Short Sleep Duration is Associated with
Reduced Leptin Levels and Increased Adiposity: Results From the Quebec Family
Study. Obesity. 15: 253–261.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. 2010. Gizi
dan Kesehatan Masyarakat. Rajawali Pers: Jakarta.
Destiany, V. dan Sulchan, M. 2012. Asupan Tinggi Natrium dan Lama
Menonton TV Sebagai Faktor Risiko Hipertensi Obesitik pada Remaja Awal.
Skripsi. Universitas Diponegoro.
Dietz, W. H. dan Gortmaker, S.L. 1985. Do We Fatten Our Children at the
Television Set? Obesity and Television Viewing in Children and Adolescents. Harvard School of Public Health. 75(5).
Eka, dkk. 2012. Prevalensi Obesitas pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2011. Jurnal Biomedik. 4(3).
Erem, C., dkk. 2004. Prevalence of Obesity and Associated Risk
Factors in a Turkish Population (Trabzon City, Turkey). Obesity Research. 12(7): 1117–1127.
Garaulet, M., dkk. 2011. Short Sleep Duration is Associated with
Increased Obesity Markers in European Adolescents: Effect of Physical Activity
and Dietary Habits The Helena study. International
Journal of Obesity. 35(10): 1308–1317.
Grundy, S. M., dkk. 2004. Definition of Metabolic Syndrome Report of the
National Heart, Lung, and Blood Institute/American Heart Association Conference
on Scientific Issues Related to Definition. Circulation.
109(3): 433–438.
Indra, M. R. 2006. Dasar Genetik Obesitas Viseral. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 22(1).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa. Jakarta.
KSP, Robert
Adhi. 2015. "Obesitas dan Ancaman Ekonomi Global".
Kompas (Jakarta). 21 April. (http://print.kompas.com/baca/2015/04/21/Obesitas-dan-Ancaman-Ekonomi-Global dikutip
pada 17 April 2016 pkl. 10.55 WIB).
Kumar, V., dkk. 2007. Robbins Basic Pathology. 8th
ed. Saunders Elsevier: Philadelphia.
Mahadibya, A. 2015. Perbedaan Asupan Energi, Konsumsi Minuman
Manis, Aktivitas Fisik dan Tingkat Pendidikan pada Kejadian Obesitas Wanita
Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang Tahun 2015. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nurdin, N. W. 2012. Hubungan Status Gizi Orangtua, Asupan Makanan, Durasi
Menonton TV serta Bermain Games dan Faktor Lain dengan Status Gizi (Kegemukan)
pada Siswa TK Islam Al-Azhar 03 Kota Cirebon Tahun 2012. Skripsi.
Universitas Indonesia.
Obesity Society. 2014.
"What is Obesity". (http://www.obesity.org/obesity/resources/facts-about-obesity/what-is-obesity dikutip pada 17 April 2016 pkl. 14.19 WIB).
Patel, S.R. dan Hu, F. B. 2008. Short Sleep Duration and Weight Gain: A Systematic Review.
Obesity. 16(3): 643–653.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), 2009. Kamus Gizi: Pelengkap Kesehatan Keluarga. Penerbit Buku Kompas:
Jakarta.
Saraswati, I. dan Dieny, F.F. 2012. Perbedaan Karakteristik Usia,
Asupan Makanan, Aktivitas Fisik, Tingkat Sosial Ekonomi dan Pengetahuan Gizi
pada Wanita Dewasa dengan Kelebihan Berat Badan Antara di Desa dan Kota.
Skripsi. Universitas Diponegoro.
Silvani, Judith T. 2014. Pengaruh
Durasi Tidur terhadap Risiko Obesitas.
Skripsi. Universitas Kristen Maranatha.
Simatupang, M. R. 2009. Pengaruh Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik dan Keturunan
terhadap Kejadian Obesitas pada Siswa Sekolah Dasar Swasta di Kecamatan Medan
Baru Kota Medan (S2). Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC:
Jakarta.
Vik, F. N. dkk. 2013. Associations Between Eating Meals, Watching
TV While Eating Meals and Weight Status Among Children, Ages 10–12 Years in
Eight European Countries: The Energy Cross-Sectional Study. International
Journal Behavior Nutrition and Physical Activity. 10: 58.
Vioque, J., dkk. 2000. Time Spent Watching Television, Sleep
Duration and Obesity in Adults Living in Valencia, Spain. International Journal of Obesity. 24(12): 1683-1688.
Wandansari, D. N. 2015. Hubungan antara Konsumsi Fast Food, Kebiasaan Olahraga,
Faktor Genetik dan Durasi Tidur Dengan Status Gizi Lebih Pada Remaja (Studi di
SMA Negeri 2 Kabupaten Bondowoso).
Wiseman, G., 2004. Nutrition
and Health. Taylor and Francis, London.
World Health
Organization, 2015. "Obesity and Overweight". (http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en dikutip pada 3 April 2016
pkl. 12.29 WIB).
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENONTON TV DAN DURASI TIDUR DENGAN
STATUS GIZI LEBIH DAN OBESITAS PADA MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT ANGKATAN
2014 DI FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Assalamualaikum wr. wb.
Perkenalkan saya Umi Kalsum, mahasiswa semester 4 Program Studi
Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Saat ini, saya sedang melakukan penelitian mengenai “Hubungan antara Kebiasaan Menonton TV dan Durasi Tidur dengan Status Gizi Lebih dan Obesitas pada Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat Angkatan 2014 di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta”. Penelitian
ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
Kuantitatif.
Oleh karena
itu, saya meminta bantuan Anda untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Saya menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas Anda. Jawaban yang Anda berikan
hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Kuesioner
yang telah diisi harap dikembalikan kepada peneliti. Jika saat mengisi kuesioner
menemukan kesulitan, Anda dapat bertanya kepada peneliti.
Atas kerjasama dan bantuannya, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum wr. wb.
Hormat Saya,
Peneliti
(Umi Kalsum)
Mohon
pertanyaan dijawab dengan jelas, lengkap dan jujur.
* Diisi oleh peneliti
Identitas
Responden
|
|||
1.
|
Nama Lengkap
|
|
|
2.
|
NIM
|
|
|
3.
|
Tempat Tanggal Lahir
|
|
|
4.
|
Jenis Kelamin
|
a.
Laki-laki
b.
Perempuan
|
|
5.
|
Angkatan/Peminatan
|
|
|
6.
|
Nomor Handphone
|
|
|
7.
|
Tanda Tangan
|
|
|
Indikator
Status Gizi*
|
|||
8.
|
Berat Badan
|
kg
|
|
9.
|
Tinggi Badan
|
cm
|
|
Pilihlah salah satu jawaban dari setiap pertanyaan dengan memberi
tanda silang (X) pada jawaban yang Anda pilih. Pertanyaan
berikut akan menanyakan kepada Anda mengenai waktu dan kebiasaan yang Anda
lakukan saat tidur dan menonton televisi selama 7 hari terakhir. Oleh karena
itu, pikirkan yang Anda lakukan dalam 7
hari terakhir.
A1. Durasi
Tidur
|
|||
Kode Soal
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Kode*
|
A1.1
|
Berapa kali Anda tidur dalam sehari di hari kuliah?
|
1) 1 kali
2) 2 kali
3) ≥ 3 kali
|
|
A1.2
|
Berapa kali Anda tidur dalam sehari di hari libur?
|
1) 1 kali
2) 2 kali
3) ≥ 3 kali
|
|
A1.3
|
Berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk tidur di hari kuliah?
|
A)
1 - 3
jam
B)
4 - < 5
jam
|
1
|
C) 5 - 8
jam
D)
> 8 jam
|
2
|
||
A1.4
|
Berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk tidur di hari libur?
|
A)
1 - 3
jam
B) 4 - < 5
jam
|
1
|
C) 5 - 8
jam
D)
> 8 jam
|
2
|
||
A2. Kebiasaan
Menonton Televisi
|
|||
Kode Soal
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Kode*
|
A2.1
|
Berapa kali Anda menonton TV dalam sehari di hari kuliah?
|
1) 1 kali
2) 2 kali
3) ≥ 3 kali
|
|
A2.2
|
Berapa kali Anda menonton TV dalam sehari di hari libur?
|
1) 1 kali
2) 2 kali
3) ≥ 3 kali
|
|
A2.3
|
Berapa lama waktu yang Anda gunakan untuk menonton TV di hari kuliah?
|
A)
1-3 jam
|
1
|
B)
4-5 jam
C) 6-8
jam
D)
> 8 jam
|
2
|
||
A2.4
|
Berapa lama waktu yang Anda gunakan untuk menonton TV di hari libur?
|
A) 1-3 jam
|
1
|
B)
4-5 jam
C) 6-8
jam
D)
> 8 jam
|
2
|
||
A2.5
|
Apakah Anda menonton TV sambil duduk?
|
1) Ya
|
|
2) Tidak
|
|
||
A2.6
|
Apakah Anda menonton TV sambil makan?
|
1) Ya
|
|
2) Tidak (Lewati Soal No. A2.7)
|
|
||
A2.7
|
A2.7.1 Apakah Anda mengkonsumsi
makanan yang digoreng?
|
1) Ya
|
|
2) Tidak
|
|
||
|
A2.7.2 Apakah Anda mengkomsumsi
makanan bersantan?
|
1) Ya
|
|
2) Tidak
|
|
||
A2.7.3 Apakah Anda mengkonsumsi
makanan manis?
|
1) Ya
|
|
|
2) Tidak
|
|